Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلاً بَلِيغاً

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.(An-Nisa : 63)

Senin, 11 April 2011

HUBUNGAN PEMAKAMAN DAN ADZAN

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha
Pertanyaan:            saya pernah dua kali ikut mengantar jenazah ke kuburan, nah waktu mau nguburnya itu kok diazanin ya, padahal azan itu kan panggilan untuk mendirikan solat, terus apa hukumnya??
Jawab :                           adzan dan iqamat saat mayit dimasukkan ke liang kubur.

A. jawaban dari sisi hadits:

terdapat hadits yg berbunyi,

لَا يَزَالُ الْمَيِّتُ يَسْمَعُ الْأَذَانَ مَا لَمْ يُطَيَّنْ قَبْرُهُ

"mayit masih mendengar adzan selama kuburnya belum ditimbun tanah...." [HR. ad-dailami dlm musnad al-firdaus dari ibnu mas'ud]
al-hafizh ibnu hajar al-asqalani berkata,

وَإِسْنَادُهُ بَاطِلٌ ، فَإِنَّهُ مِنْ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ الطَّايَكَانِيِّ وَقَدْ رَمَوْهُ بِالْوَضْعِ

"sanadnya batil, karena ia termasuk riwayat muhammad bin al-qasim ath-thayakani, dmana dia telah dicap sbg pemalsu hadits."
[at-talkhish al-habir/792]

perkataan ibnu hajar ini dinukil oleh asy-syaukani dlm nailul authar n al-mubarakfuri dlm tuhfatul ahwadzi.

hadits ini dimasukkan sbg hadits maudhu' oleh ibnul jauzi dlm al-maudhu'at n as-suyuthi dlm al-la'ali al-mashnu'ah.

ibnul jauzi berkata ttg (sanad) hadits ini,

هذا حديث موضوع على رسول الله صلى الله عليه وسلم فيه محن. أما الحسن فإنه لم يسمع من ابن مسعود. وأما كثير بن شنظير فقال يحيى: ليس بشئ، وأما أبو مقاتل فقال ابن مهدى: والله ما تحل الرواية عنه، غير أن المتهم بوضع هذا الحديث محمد بن القاسم فإنه كان علما في الكذابين الوضاعين، قال أبو عبد الله الحاكم: كان يضع الحديث

"ini adalah hadits maudhu' (palsu/dibuat2) atas rasulullah saw yg di dalamnya terdapat bbrp masalah. adapun al-hasan, dia tdk mendengar dari ibnu mas'ud. sedangkan katsir bin syinzhir, yahya berkata; dia bukan apa2. sementara abu muqatil, kata ibnu mahdi; demi Allah, tidak halal riwayat darinya. meski begitu, yg tertuduh sbg pemalsu hadits ini adlh muhammad bin al-qasim, karena dia terkenal dlm barisan para pendusta n pemalsu hadits. abu abdillah al-hakim berkata; dia itu memalsu hadits." [al-maudhu'at III/238]

dlm al-la'ali al-mashnu'ah [II/365], jalaluddin as-suyuthi mengatakan kurang lebih sama dg yg dikatakan ibnul jauzi.

B.  jawaban dari sisi fiqih:

1.   menurut madzhab hanafi,

ibnu abidin berkata,
أنه لا يسن الاذان عند إدخال الميت في قبره كما هو المعتاد الآن
"bahwasanya tidak disunnahkan adzan ketika memasukkan mayit ke dlm kuburnya sbgmn yg biasa dilakukan skrg...." [hasyiyah raddil mukhtar II/255]

2.   madzhab maliki.

disebutkan dlm "mawahibul jalil fi syarhi mukhtashar asy-syaikh khalil" :

وَفِي فَتَاوَى الْأَصْبَحِيِّ ، هَلْ وَرَدَ فِي الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ عِنْدَ إدْخَالِ الْمَيِّتِ الْقَبْرَ خَبَرٌ ؟ فَالْجَوَابُ : لَا أَعْلَمُ فِيهِ وُرُودَ خَبَرٍ وَلَا أَثَرٍ إلَّا مَا يُحْكَى عَنْ بَعْضِ الْمُتَأَخِّرِينَ ، وَلَعَلَّهُ مَقِيسٌ عَلَى اسْتِحْبَابِ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ فِي أُذُنِ الْمَوْلُودِ فَإِنَّ الْوِلَادَةَ أَوَّلُ الْخُرُوجِ إلَى الدُّنْيَا وَهَذَا أَوَّلُ الْخُرُوجِ مِنْهَا وَهَذَا فِيهِ ضَعْفٌ فَإِنَّ مِثْلَ هَذَا لَا يَثْبُتُ إلَّا تَوْقِيفًا

"dan (disebutkan) dlm fatawa al-ashbahi; apakah terdapat khabar (hadits) dlm masalah adzan n iqamat saat memasukkan mayit ke kubur? jawabnya; saya tdk mengetahui adanya khabar maupun atsar dlm hal ini kecuali apa yg diceritakan dari sebagian muta’akhirin. n barangkali ia adalah analogi dari disukainya adzan n iqamat di telinga bayi yg baru lahir. sebab, kelahiran adlh awal keluar ke dunia, sementara ini (kematian) adlh awal keluar dari dunia. tapi ada kelemahan dlm hal ini, karena yg semacam ini tdk bisa dijadikan pegangan kecuali dg cara tauqifi."

3.   madzhab syafi'i,

ad-dimyathi berkata,

واعلم أنه لا يسن الاذان عند دخول القبر، خلافا لمن قال بنسبته قياسا لخروجه من الدنيا على دخوله فيها

"ketahuilah, sesungguhnya tidak disunnahkan adzan pd saat (mayit) dimasukkan ke kubur, berbeda dg org yg mengatakan demikian krn mengqiyaskan keluarnya (seseorang) dari dunia dg masuknya (seseorang) ke dlm dunia." [i'anatuth thalibin I/268]

Prof. DR. wahbah az-zuhaili berkata dlm bab adzan utk selain shalat,

ولا يسن عند إدخال الميت القبر على المعتمد عند الشافعية

"dan tdk disunnahkan (adzan) pd saat memasukkan mayit ke dlm kubur, menurut yg pendapat kuat dlm madzhab syafi’i." [al-fiqh al-islamiy wa adillatuh]

4.   madzhab hambali

ibnu qudamah berkata,

أجمعت الأمة على أن الأذان والإقامة مشروع للصلوات الخمس ولا يشرعان لغير الصلوات الخمس لأن المقصود منه الإعلام بوقت المفروضة على الأعيان وهذا لا يوجد في غيرها

"umat sepakat bahwa adzan n iqamat disyariatkan utk shalat 5 waktu n keduanya tdk disyariatkan utk selain shalat 5 waktu, karena maksudnya adlh utk pemberitahuan (masuknya) waktu shalat fardhu kpd orang2. n ini tdk terdapat pd selainnya." [asy-syarh al-kabir I/388]

disebutkan dlm salah satu fatwa lajnah da'imah:

لا يجوز الأذان ولا الإقامة عند القبر بعد دفن الميت، ولا في القبر قبل دفنه، لأن ذلك بدعة محدثة

"tdk boleh adzan maupun iqamat di pemakaman, baik setelah menguburkan mayit maupun sebelumnya, kare...na itu adalah bid’ah muhdatsah (yg diada2akan)." [fatwa nomor 3549]

imam ibnu hajar al-haitami ditanya:

مَا حُكْمُ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ عِنْدَ سَدِّ فَتْحِ اللَّحْدِ؟

"apa hukum adzan n iqamat ketika menutup liang lahat?"
al-haitami menjawab,

هُوَ بِدْعَةٌ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ سُنَّةٌ عِنْدَ نُزُولِ الْقَبْرِ قِيَاسًا عَلَى نَدْبِهِمَا فِي الْمَوْلُودِ إلْحَاقًا لِخَاتِمَةِ الْأَمْرِ بِابْتِدَائِهِ فَلَمْ يُصِبْ

"itu bid’ah. dan barangsiapa yg menganggap bahwa itu sunnah ketika menurunkan (mayit) ke kuburan karena menganalogikan dg dianjurkannya bagi bayi yg baru lahir, dmana perkara terakhir mengikuti permulaannya; maka dia tidak benar."

Demikian sekilas ttg adzan n iqamat ketika menguburkan mayit di kuburan. kesimpulannya, karena secara tinjauan hadits maupun fiqih, hal ini tdk benar, maka sebaiknya kita tdk melakukannya.                                wallahu a'lam.

4 komentar:

  1. alhamdulillah,,,,'seumur hidup' tema ini baru pertamakali saya temui.
    syukron mas...
    assalamualaikum

    selain alif lam ra,,,saya juga ada di isyfatihah edisi WP

    BalasHapus
  2. Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

    @Ustd Abu Hanan Abdullah
    Terimakasih atas kunjungannya, haraf maklum ustd, ana baru belajar membuat blog !!!

    wasallam !!

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaykum,,,

    Jujur saya tidak punya kapasitas menjudge bid'ah, Saya hanya berusaha memahami sesuai kemampuan http://debu-semesta.blogspot.com/2011/03/boleh-ga-sih-ziarah-qubur.html?showComment=1303024042574#c5502349546154493019

    Saya hanya menganggap itu sebuah strategi da'wah para 'Ulama terdahulu, sebagaimana para 'Ulama sekarang juga menerapkan strategi da'wah "ringtone adzan". Jika alasannya adzan HANYA BOLEH dilakukan saat hendak mendirikan sholat, bukankah aneh ketika kita mendengarkn adzan saat nerima sms ato misscall bernada dering adzan ?. Gimana kalo saat mengubur jenazah dinyanyikan aja lagu chaiya- chaiya nya Briptu Norman ? Keren kan.

    Dalam artikel diatas sebenarnya sudah jelas
    1. menurut madzhab hanafi : "bahwasanya TIDAK DISUNNAHKAN adzan...."
    2. madzhab maliki. : "...n BARANGKALI ia adalah ANALOGI dari disukainya adzan n iqamat di telinga bayi yg baru lahir..."
    3. madzhab syafi'i : "ketahuilah, sesungguhnya TIDAK DISUNNAHKAN adzan pd saat...."
    4. madzhab hambali : "umat sepakat bahwa adzan n iqamat disyariatkan UNTUK SHALAT 5 WAKTU n keduanya tdk disyariatkan utk selain shalat 5 waktu,,,"

    Intinya : TIDAK DISUNNAHKAN, jika ada yang menganggap itu sunnah bahkan mewajibkan, nah itu baru pelanggaran syari'at.

    Semoga bermanfa'at.

    BalasHapus
  4. Intinya : TIDAK DISUNNAHKAN, jika ada yang menganggap itu sunnah bahkan mewajibkan, nah itu baru pelanggaran syari'at.

    mksd dr pelanggaran syariat itu apa?
    dosa kah?

    BalasHapus